JAKARTA | BERITAPERUBAHAN.ID – Pimpinan Pusat Pewarna Indonesia didampingi beberapa pengurus, berkunjung ke Kantor PGI di jalan Salemba Raya No.10 Jakarta Pusat. Kamis, (21/4/22).
Kunjungan Pewarna yang dikomandani langsung ketua umum pewarna Yusuf Mujiono disambut hangat Ketum PGI Pdt Gomar Gultom di lantai dua gedung PGI. Dalam pertemuan tersebut Yusuf Mujiono selaku Ketum Pewarna menyampaikan tentang kegiatan Pewarna Indonesia baru-baru ini, yaitu Diskusi lintas agama yg digelar di Masjid Istiqlak Jakarta serta Napak Tilas Rasul Jawa (NTRJ) yang sudah dilaksanakan dari tanggal 28 Maret hingga 3 April 2022.
Meresponi tersebut, Pdt. Gomar mengakatan, NTRJ ini adalah langkah yang baik untuk mengangkat kembali tentang kiprah penginjil bumi putera atau penginjil nusantara. Dengan NTRJ yang mengangkat sosok penginjil asli tersebut bisa mengangkat kembali percaya diri sebagai Kristen Indonesia ditengah maraknya kristen ala Amerika, Korea dan ke Yahudi Yahudian.
“Kedepan Pewarna Indonesia diharapkan bisa memunculkan kembali penginjil dari berbagai daerah nusantara misalnya Batak, Papua NTT, dan daerah lainnya. Seperti di tanah Batak, yang menonjol Nomensen, terapu sebaliknya tokoh lokal seakan tersembunyi, juga di Papua, yang menonjol Otto dan Geissler. Padahal tokoh lokal juga diyakini banyak dalam penginjilan itu, seharusnya ikut diangkat,” harapan Pdt. Gomar.
Lanjut, Pdt. Gomar juga memberikan pandangan sebagai lanjutan apresiasinya tentang kegiatan NTRJ, yang mengangkat kisah perjuangan anak-anak Nusantara. Menurut beliau (Gomar,red), Kristen di Indonesia ini sepertinya kurang percaya diri dengan bangsanya sendiri, kenapa tidak ada bahasa kita, selamat pagi, selamat siang, dan selamat malam, tetapi, dalam setiap pembukaan ibadah, kenapa memakai kata shaloom? Tanpa kita sadari, kita sudah terjajah secara imani. Terjajah oleh lembaga lembaga misi dari luar, ya, mungkin didukung karena mereka banyak uang. Kita harus akui, bahwa gereja-gereja dan yayasan-yayasan pekabaran Injil di Indonesia sekarang ini sudah menjadi bonekanya orang luar. Dan ini sesuatu yang bagus untuk diangkat oleh Media, tegasnya.
Pdt.Gomar menegaskan lagi, kalaupun mereka mempunyai kekayaan (misionaris luar,red), kita juga punya banyak kekayaan, cuman, kita yang menggadaikan kekayaan kita kepada negara-negara asing.
Yang lebih berbahaya lagi menurutnya adalah, kita sekarang sangat tergantung kepada teologi baru yang lebih berakar kepada kejahudian. Dikit-dikit Israel, seolah-olah Israel itu menjadi skalanya. Sudah banyak gereja dan media-media Kristen yang ikut dalam arus itu.
Kalau saya baca di media-media Kristen sekarang ini, banyak mengagungkan Israel. Karena iklan-iklannya lebih banyak travel biro ke Holyland. Ini juga tanpa disadari kawan kawan media sekarang ini, sedang menjadi alat dari sebuah aliran teologi baru yang disebut teologi tradisi. Menurut saya, ini sebuah warning juga buat kita semua, ujar Pdt. Gomar.
“Satu warning lagi dari Pdt. Gomar, bahwa di Papua dan Minahasa sudah mulai berkibar bendera sciencentik , menurutnya sam, media juga harus ikut mendidik tentang hal itu,” tutup Gomar.
Diakhir pertemuan, Yusuf Meminta pihak PGI agar menyampaikan ke gereja-gereja yang berbasis dengan suku Jawa agar memperkuat literasi tentang para tokoh- tokoh penginjil Jwa dengan membuatkan semacam gambar-gambar Penginjil serta karyanya di tempat tempat gereja lokal atau petilasan para Penginjil tersebut sehingga jemaat mudah mendapatkan informasi tentang sosok dan kiprah para penginjil tersebut. Dengan harapan menarik perhatian umat untuk berkunjung dan menziarahi para penginjil asli anak negeri.
Beberapa pengurus yang hadir mendampingi Yusuf Mujiono ketum Pewarna adalah, Ronald Stevly Onybala selaku Sekjen Pewarna, Ana Kezia, Christy, Rikardo Marbun, Maruap Sianturi, Joe Loing.
(Elly)
Komentar