oleh

Surat Pernyataan PGLII Seruan Hentikan Kekerasan

JAKARTA|BERITAPERUBAHAN.ID – Bahwa pada hari Sabtu tanggal 16 Juli 2022, Pkl. 09.15 WIT, kembali terjadi tindak kekerasan dan pembunuhan di Kampung Nogolait, Distrik Keneyam, Kabupaten Nduga, Papua, oleh “kelompok tertentu” yang menyebabkan korban jatuh 10 orang: 7 orang meninggal dunia, 2 orang sekarat dan 1 luka-luka.

Di antara yang meninggal tercatat seorang tokoh agama Kristen setempat, Pdt. Eliazer Baner, S.Th. dari Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) yang menjalankan tugas gereja di GKII wilayah Nduga.

Adapun nama-nama para korban tersebut sebagai berikut:

1. Yulius Watu , 23 thun, laki-laki, swasta, suku NTT. Meninggal Dunia (MD).

2. Hubertus Goti, 41 thn, laki-laki, swasta, suku NTT. MD.

3. Daeng Marannu, 42 thun, laki-laki, swasta ,suku Makassar. MD

4. Taufan Amir ,42 thun, laki-laki, swasta , suku Makassar. MD

5. Johan, 26 thun, laki-laki, swasta, suku NTT. MD.

6. Alex, 45 thun, laki-laki, swasta ,suku Key. MD.

7. Yuda Nurusinga, laki-laki, 22 tahun , swasta, suku Batak. Sekarat

8. Nasjen , laki’-laki, 41 tahun, swata, suku Makassar . Sekarat.

9. Sudirman, laki-laki, 36 tahun, swasta, suku Makassar. Luka bacok di tangan sebelah kiri.

10. Eliaser Baner, laki-laki, 54 tahun, Pendeta Gereja Kemah Injil Indonesia di Nduga.

 

MD Memperhatikan hal tersebut di atas, maka dengan ini PGLII menyatakan:

1. Rasa dukacita yang sangat mendalam kami sampaikan kepada seluruh keluarga para korban dan Gereja Kemah Injil Indonesia, disertai doa kiranya Tuhan memberi penghiburan dan kekuatan. Rasa penyesalan yang mendalam karena di antara korban terdapat tokoh agama setempat, Pendeta Eliaser Baner (54), yang adalah pelayan umat GKII.

2. Bahwa PGLII mendesak kepada Presiden RI, Panglima TNI dan KAPOLRI untuk mengusut tuntas berbagai kekerasan yang patut diduga melibatkan oknum aparat keamanan dan kelompok-kelompok yang memegang senjata, dan yang telah berwujud kepada korban manusia dan harta benda dari masyarakat sipil dan aparat keamanan, bahkan menimbulkan pengungsian masyarakat demi menghindari ancaman kekerasan. Pemerintah harus bertindak melindungi dan memberikan rasa aman secara maksimal pada masyarakat di tanah Papua, dan dalam segala kondisi agar tidak pernah mencederai rakyat sipil yang tidak bersenjata.

3. Bahwa PGLII mendesak kepada seluruh pihak baik kelompok-kelompok yang memegang senjata dan aparat keamanan untuk menghentikan berbagai bentuk kekerasan yang hingga kini masih belum berakhir, sekaligus mengusut tuntas peristiwa pada tanggal 16 Juli 2022 yang memakan korban sangat banyak. Kami juga meminta agar dibentuk Team Pencari Fakta dari unsur yang netral, yang melibatkan bidang yang terkait, maupun tokoh masyarakat guna menjamin profesionalisme, transparansi dan akuntabilitas.

4. Bahwa PGLII mendesak Pemerintah dan aparat keamanan agar seluruh wilayah Papua, Papua Barat, Papua Selatan, Papua Pegunungan dan Papua Tengah, tetap hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan pengamanan dalam tingkatan atau status “Tertib Sipil”, demi tetap terciptanya damai serta toleransi di antara seluruh masyarakat di tanah Papua.

5. Bahwa PGLII menyerukan kepada umat kristiani di tanah Papua tetap harus mengutamakan pentingnya nilai-nilai iman Kristen sebagai tonggak hidup damai dan sejahtera. Narasi-narasi kekerasan bukanlah nilai-nilai iman Kristen dan praktek-praktek kekerasan bukanlah praktek keimanan Kristen.

Jakarta, 21 Juli 2022
Pengurus Pusat PGLII

Pdt. DR. Ronny Mandang, M.Th. Pdt.
Ketua Umum

Tommy Lengkong, M.Th.
Sekretaris Umum

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed